Sok itu hak asasi manusia, jangan dilarang-larang ya :))
Kadang manusia sangat suka menghabiskan sedikit waktu hidupnya, untuk mikirin ke-sok-an orang lain, ada apa ini? Why people pay more attention to sok people??
Ke-sok-an itukan masalahnya di asumsi, biarlah seseorang punya asumsi sendiri, dan mengasumsikan dirinya sebagaima asumsinya. bukankah orang yang bilang oranglain itu sok, mereka (juga) hampir tak ada bedanya dengan orang yg sok, asumsinya yang bias.
Setiap orang bebas untuk jadi sok, pintar dan sok kaya, meskipun dia (maaf) bodoh nan miskin, apakah sesuatu yang di-sok-an itu hanya bisa disematkan kepada orang yang serba berlebih? jadi silahkan perangi asumsimu, tapi sebelum nge-judge orang sok, coba koreksi lagi asumsinya, namanya juga asumsi kadang bias, tergantung besarnya indeks bias (udah kayak belajar fisika aja), semakin besar biasnya semakin keliru.halahh... abaikan...
Orang yg bilang org sok, menganggap org lain seharusnya seperti dia yg tidak sok, org yg sok mengganggap diri lebih dari org lain. Bias :))
— Andijk de Boer (@marimikir) July 30, 2014
Gak keliru sih, objek (realita) tetap sama, objeknya aja yang bergeser (bias), makanya orang yang menilai seseorang sok "dianggap" berlebihan dan lebih sering didiskredit, Objek asumsinya yaitu perilaku yang bergeser (orang yang dianggap sok), tapi sebelum mengasumsikan itu coba perhatikan dulu bagaimana perilaku itu timbul, Asumsi yg bias terjadi di otak, kalau biasnya udah kelewatan dan gak bisa di normalin, silahkan berobat ke dokter otak. Kenapa org berasumsi bias? saat melihat sebuah perilaku dan tujuan dari perilaku itu, seseorang hanya berfokus sama orgnya..
Mis:
A. Lo gak bisa bilang gue sok bahas ginian, karena lo gak kenal siapa gue, yang penting lo baca bahasan gue...
B. Klo lo kenal gue, lo akan bilang gue sok-sokan bahas gini, jika lo tetap maksain bilang gue sok, bisa jadi ada asumsi yang bias antara kita. hahaha
Nah, asumsi yang bias bisa terjadi karena pengamat gak cukup mengetahui banyak informasi tentang situasinya, tolong digaris bawahi situasi, yang buat seseorang berasumsi bias ya karena masa bodoh, gak ngoreksi faktor situasi, cenderung tidak mau ribet mikirin faktor situasinya, mungkin ini sama seperti orang yang jalan ke mall, yang kepalanya kejedut pintu kaca..
Mis: doi gak menghubungimu seharian, tanpa kroscek faktornya, otakmu yg canggih itu nuduh dia selingkuh, eh tapi bisa jd itu benar.
Bias asumsi bisa semakin dibenarkan dan menjadi-jadi, pada umumnya ditekankan oleh pengaruh situasi..
Mis: semua orang bilang jokowi kafir, karena satu kampungmu membenarkan hal yg sama, maka semakin bacot asumsimu.. :))
Mis: di twitter sering terjadi, banyak yang latah sama rumor, dan kebetulan rumor yang lagi booming selaras sama asumsinya, jadi makin bacot..
Ada juga asumsi bias bukan ke orang lain, tapi asumsi terhadap diri sendiri, bagaimana seseorang mengasumsikan dirinya "sebagai", Kalau pernah nonton "Tukang Bubur Naik Haji", karakter Haji Muhidin, menggambarkan asumsi bias thdp diri sendiri. Lupakan Haji Muhidimin, mis: lo bisa bagus-bagus sekarang, alasan lo ngerasa itu usaha lo sendiri, kalo lo gagal lo nyalahin orang/keadaan.
Tapi bias asumsi kek gitu masih mending, setidaknya masih ada yg disombongkan ;)) dari pada bias assumsi yg mengalahkan diri sendiri, Orang berasumsi bias mengalahkan diri sendiri, cenderung merendahkan diri, menghukum diri sendiri, akhirnya depresi.. Jadi gak boleh ya :/
Misalnya :
- Terjadi situasi yang ga mengenakkan, padahal jelas itu mmg bukan salahmu, kamu teriak-teriak "ini salahku..ini salahku" lebay!!
- Ketika prabowo gak jadi presiden, kamu sebagai fansboy garis keras, merasa gagal, nangis ga jelas di kamar, "ini semua salahku.." lebay!!
Well, kira-kira begitulah tentang asumsi yang bias, persepsi aja bisa melenceng, apalagi cuma asumsi.. :))
Ujung-ujungnya ya maklumi sajalah, harap maklum dengan kebiasan asumsinya. husss udah, ini cuma tulisan hasil ke sok tahuan, mungkin pikiranku lagi bias.. LOL
........gak penting ........
Comments
Post a Comment