The Power of Ekspektasi Sosial

Ekspektasi sosial merujuk pada standar umum yang diharapkan terhadap perilaku individu yg tinggal di dalam masyarakat. Seringkali ekpektasi sosial bersebrangan dengan ekspektasi individu, misalnya masalah adat, tata krama dan norma. Ekspektasi sosial telah terbentuk sejak lama, jadi jika anda merasa benar dan menganggap ekspektasi sosial sebagai wejangan kuno, anda harus merelakan diri anda salah, dan walaupun rata-rata pola perilaku menyimpang (diluar ekspektasi sosial) dilakukan oleh sebahagian besar individu, tetap aja dianggap melanggar.
 
Pernah kepikiran kenapa kita harus memperdulikan begitu banyak apa yg dikatakan/ dipikirkan orang lain (ekspektasi sosial) tentang kita? Karena sejak mulai menjadi manusia yang berpikir, kita memang dibesarkan untuk melakukannya! Bukannya menjadi individualis karena hal tersebut juga berada di luar ekspektasi sosial, tak sedikit orang yang tak begitu peduli ketika diingatkan, memuntahkan bulat2 ekspektasi sosial ini sebagai bullshit belaka.



Contoh sederhananya bagi masyarakat adat batak, Kalau anda terlahir bermarga, dan tinggal di dalam lingkaran sosial adat, mau gak mau harus ngikutin ekspektasi sosial bbatak; mengikuti kebiasaan perilaku batak. Sementara itu Ekspektasi Sosial yang universal dalam cakupan sosial yang lebih luas, ekspektasi sosial standard misalnya SIKAP YANG BAIK dan AKAL SEHAT, artinya dimanapun kamu berada kalau udah punya dua komponen di atas maka akan lebih mudah diterima lingkungan sosial. Pola perilaku yang diakibatkan oleh ekspektasi sosial, secara signifikan membangun karakter individu yang berada di dalam lingkaran sosialnya. Percaya? Di dalam masyarakat adat batak sendir, ada banyak ekspektasi sosial, kira-kira boleh disebutin? Misalnya, di Sulawesi banyak tinggal orang batak, tapi perilakunya gak mencitrakan ekpektasi sosial masyarakat batak, maka akan dianggap batak dale (batak karbitan). Jangan heran masyarakat batak dari daerah, mencap org batak yang di kota yg gak begitu ngerti adat batak dan tetek bengeknya akab dianggap batak dale, karena sekelompok orang tersebut berada di luar ekspektasi mereka.

Masalahnya apakah ekspektasi sosial masih tetap berlaku, sedangkan jaman semakin berkembang, dan manusia gak hanya tinggal di dalam satu lingkaran sosial saja, dengan keberagaman budaya dan pola pikir. Bagi beberapa orang ekspektasi sosial masyarakat batak malah agak sedikit mengganggu, karena kebanyakan gak memenuhi harapan individu dengan banyak kepetingan dan hak kebebasan (free will), Misalnya: harus bisa bahasa batak, hormat sama hula-hula (saudara laki-laki dari pihak ibu), gak boleh tinggal sama mertua, sinamot (mahar pernikahan), aturan pernikahan. dan bukan batak saja sih, dari kebanyakan ekspektasi sosial (budaya, adat, agama, sekolah, lingkungan) lebih condong tidak menguntungkan wanita, harus menggunakan rok, harus rambut panjang, berpakaian sopan, lembut bertutur kata, memperhatikan gestur tubuh... Ribet!!
 
Satu contoh kecil, kenapa wanita harus menggunakan bra, karena itu juga termasuk ekspektasi sosial, kenapa anda (wanita) merasa ada yang kurang pantas ketika keluar rumah tidak menggunakan bra, padahal belum tentu orang lain mengetahuinya? Dan realitanya dilain sisi, tak selamanya bra itu banyak manfaatnya, lebih sering menyiksa dan membuat risih, tapi kenapa tetap dipake? Itulah nananya Ekspektasi sosial. Manusia dari kecil tumbuh dalam lingkaran sosial, artinya ga lepas dari ekspektasi sosial, kalopun saat ini anda tumbuh menjadi individu yang individual, ya tentu ada kaitanya dengan sosial walaupun bukan dampak langsung, Kecuali kamu tarzan, atau manusia gua yang gak sengaja buka internet dan tiba-tiba bisa secara kebetulan baca baca blog ga jelas ini. :))

Secara, manusia sekarang lebih condong menjadi individualis, dan hampir gak memerlukan lingkaran sosial. Apakah manusia yang lebih mengandalkan diri sendir, apakah mereka yang dikategorikan sebagai  spesies yg anti-sosial harus ngikuti ekspektasi sosial? Tapi sebelum itu terlalu cepat merasa terganggu, ada baiknya memahami ekspektasi sosial, kenapa harus merealisasikanya, tentu ada alasanya. Apakah ekspektasi sosial selalu merugikan pribadi yang ada di dalamnya? Sementara ekspektasi sosial sendiri fungsinya sebagai dasar aturan yg memungkinkan kelompok sosial berfungsi secara harmonis.  
Manusia tumbuh menjadi individualis tentu juga ada pengaruhnya dengan ekspektasi sosial, bukan karena diri sendiri tapi pengaruh terbalik, manusia yg tak pernah/ sedikit mendapat support oleh sosialnya, akan berusaha mencari jalannya sendiri, autopilot sih ini. Bukan karena usaha sendiri, karakter yang individualis terbentuk atas paksaan keadaan, tumbuh karena penolakan, segingga sulit menerima pandangan orang di sekitarnya. 
 

 
Manusia adalah makhluk sosial, hidup tergantung pada manusia lain. Artinya peran lingkaran sosial, dan ekspektasi sosial ada pengaruhnya. Bayi manusia dilahirkan tidak dapat merawat diri bahkan berkembang, kelangsungan hidup tergantung pada upaya manusia lain juga, kecuali tarzan. Manusia mengembangkan pemikiran dan belajar tentang dunia di sekitar melalui filter dari ekspektasi orang lain, ntah itu dari penerimaan atau sebaliknya.

Gak semua orang bisa belajar menganalisa dan memahami dinamika sosial, gak sedikit juga menganggapnya tidak penting, padahal berada di dalamnya. Gak sedikit manusia tumbuh menjadi individualis, merasa tumbuh sendiri tanpa pengaruh dari luar, ini manusia atau nabi yak? :)) Manusia individualis, tumbuh dari penolakan dan penolakan dari diri sendiri, merasa dirinya beda dengan yg lain, padahal banyak yang gitu. Dimanapun manusia individualis berada, sudah dipastikan dirinya merasa menjadi pusat alam semesta, dan merasa jauh dari sentuhan ekspektasi sosial. 

Kadang, ada kalanya kita lebih suka menjauhi ekspektasi sosial, karena sering berlawan dengan ekspektasi pribadi yg bahkan belum bener-bener kita pahami, dan lebih  berfokus sama diri sendiri dan dengan alasan yang super tak terbantahkan oranglain "hidup kita ya hidup kita sendiri, kita yang jalani kok, kok dia yang ngatur" nah!!, one thing is for sure, kenapa kita tumbuh seperti itu, tentu ada kaitannya dengan aktivitas sosial kita, sadar atau gak sadar kita KELUAR dan menjauhi lingkup lama kita yang BELUM KITA PAHAMI dan MASUK ke dalam lingkup baru yang sebenarnya TIDAK KITA PAHAMI lagi. Akhirnya nyesel. Pasti pernah ngerasain berada di dalam situasi ini. 

Salam..

Comments